Pada masa kerajaan Hindu-Budha di
Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah, baik berupa bangunan kuno (seni
bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa peninggalan sejarah
yang bercorak Hindu- Budha.
a. Seni bangun
Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Diantara candi-candi Hindu, di Jawa Tengah terdapat
Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Diantara candi-candi Hindu, di Jawa Tengah terdapat
Candi Prambanan.
Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke VIII M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil).
Candi ini terdiri dari Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wisnu. Bangunan candi yang tertinggi adalah yang di tengah yang bersifat Siwa. Pada ruangan candi kita menemukan arca Durga Mahisasuramardini. Arca ini juga dikenal juga dengan nama Roro Jongrang. Pada dinding candi Prambanan terdapat relief yang menggambarkan cerita Ramayana. Selain candi Prambanan di Jawa Tengah masih terdapat candi Hindu di Jawa Tengah seperti candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu Baka, Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokerto.
Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke VIII M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil).
Candi ini terdiri dari Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wisnu. Bangunan candi yang tertinggi adalah yang di tengah yang bersifat Siwa. Pada ruangan candi kita menemukan arca Durga Mahisasuramardini. Arca ini juga dikenal juga dengan nama Roro Jongrang. Pada dinding candi Prambanan terdapat relief yang menggambarkan cerita Ramayana. Selain candi Prambanan di Jawa Tengah masih terdapat candi Hindu di Jawa Tengah seperti candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu Baka, Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokerto.
Disamping candi Hindu, juga terdapat
banyak peninggalan yang bersifat Budhis. Pada masa kerajaan Sriwijaya ditemukan
candi Muara takus di daerah Jambi. Di Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi
Mendut dan candi Pawon. Bangunanbangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah.
Sampai sekarang peninggalan-peninggalan tersebut masih dipergunakan oleh umat
Budha untuk pelaksanaan upacara memperingati hari Waisak.
Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton, makam.
Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu sedangkan Stupa Borobudur bersifat Budha. Kedua monumen tersebut terletak di Jawa Tengah.
Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton, makam.
Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu sedangkan Stupa Borobudur bersifat Budha. Kedua monumen tersebut terletak di Jawa Tengah.
b. Seni Rupa dan Seni Ukir.
Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal ini disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal dengan Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.
Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal ini disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal dengan Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.
c. Seni Sastra dan Aksara
Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).
Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul wiracarita gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).
Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).
Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul wiracarita gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).
d. Sistem Kemasyarakatan.
Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.
Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.
e. Filsafat dan Sistem Kepercayaan.
Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan
pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.
Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan
pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.
Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
f. Sistem Pemerintahan
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana.
Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana.
Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.
Wisata: Prambanan Candi Hindu Tercantik
di Dunia
Candi Prambanan adalah bangunan luar
biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai
Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi
dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan
pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17
kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman
indah.
Ada sebuah legenda yang selalu
diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung
Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta
Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir
terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api
besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat
membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena
merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama
di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut
adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke
timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.
Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut.
Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di
tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu
ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing
berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa).
Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda
yang diceritakan di atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah
utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca
Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa,
anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat
adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan
kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda
merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah
putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok
itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit’ atau ‘bersinar’, biasa
diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam
mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna
(kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para
dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang
dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai
kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta
lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga
menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi
adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan
istilah Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief candi
yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita
Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah
pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru
digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli
menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola
lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru
kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi
lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali
mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan
melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan
pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa
relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat
berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di
Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat
mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul
Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu
sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut
Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta?
Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang
pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali
di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa
beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah segera. Sejak tanggal
18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi Prambanan meski belum
bisa masuk ke dalam candi. Beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu
kini sedang diperbaiki.
Obyek Wisata Candi Ijo
Candi Ijo, Candi yang Letaknya Tertinggi
di Yogyakarta
Menyusuri jalan menuju bagian selatan
kompleks Istana Ratu Boko adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan, terutama
bagi penikmat wisata budaya. Bagaimana tidak, bangunan candi di sana bertebaran
bak cendawan di musim hujan. Satu diantaranya yang belum banyak menjadi
perbincangan adalah Candi Ijo, sebuah candi yang letaknya paling tinggi di
antara candi-candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di
sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya
sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka bukan saja
bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya
berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam.
Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah
untuk dinikmati.
Kompleks candi terdiri dari 17 struktur
bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman
menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur.
Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok,
empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan
pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi
adalah yang paling sakral.
Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak
pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu masuk
terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya. Motif
kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha
menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha.
Beberapa candi yang memiliki motif kala makara serupa antara lain Ngawen,
Plaosan dan Sari.
Ada pula arca yang menggambarkan sosok
perempuan dan laki-laki yang melayang dan mengarah pada sisi tertentu. Sosok
tersebut dapat mempunyai beberapa makna. Pertama, sebagai suwuk untuk mngusir
roh jahat dan kedua sebagai lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan
tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Berbeda dengan arca di
Candi Prambanan, corak naturalis pada arca di Candi Ijo tidak mengarah pada
erotisme.
Menuju bangunan candi perwara di teras
ke-11, terdapat sebuah tempat seperti bak tempat api pengorbanan (homa). Tepat
di bagian atas tembok belakang bak tersebut terdapat lubang-lubang udara atau
ventilasi berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Adanya tempat api pengorbanan
merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma. Tiga candi perwara
menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma, Siwa,
dan Whisnu.
Salah satu karya yang menyimpan misteri
adalah dua buah prasasti yang terletak di bangunan candi pada teras ke-9. Salah
satu prasasti yang diberi kode F bertuliskan Guywan atau Bluyutan berarti
pertapaan. Prasasti lain yang terbuat dari batu berukuran tinggi 14 cm dan
tebal 9 cm memuat mantra-mantra yang diperkirakan berupa kutukan. Mantra
tersebut ditulis sebanyak 16 kali dan diantaranya yang terbaca adalah “Om
Sarwwawinasa, Sarwwawinasa.” Bisa jadi, kedua prasasti tersebut erat dengan
terjadinya peristiwa tertentu di Jawa saat itu. Apakah peristiwanya? Hingga
kini belum terkuak.
Mengunjungi candi ini, anda bisa
menjumpai pemandangan indah yang tak akan bisa dijumpai di candi lain. Bila
menghadap ke arah barat dan memandang ke bawah, anda bisa melihat pesawat take
off dan landing di Bandara Adisutjipto. Pemandangan itu bisa dijumpai karena
Pegunungan Seribu tempat berdiri candi ini menjadi batas bagian timur bandara.
Karena keberadaan candi di pegunungan itu pula, landasan Bandara Adisutjipto
tak bisa diperpanjang ke arah timur.
Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu
yang bermakna dan mengajak penikmatnya untuk berefleksi sehingga perjalanan
wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Adanya banyak karya seni rupa hebat
tanpa disertai nama pembuatnya menunjukkan pandangan masyarakat Jawa saat itu
yang lebih menitikberatkan pada pesan moral yang dibawa oleh suatu karya seni,
bukan si pembuat atau kemegahan karya seninya.
Obyek Wisata Candi Borobudur
Candi Borobudur, Candi Budha Terbesar di
Abad ke- 9
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi
Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang
mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder
Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun
fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja
Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa
Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya
Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai
dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama
Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang
berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan
Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden
berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan
34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai
penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di
atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha
yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan
manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat
sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu,
melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut
Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu
namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha
diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan
di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu,
melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian
paling atas yang disebut Arupamelambangkan nirwana, tempat Budha
bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief
indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara
runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi).
Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda,
yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi
masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang
mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar
merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di
Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi
Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan
media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. YogYES
mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar
dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada
abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat
di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan
berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan
Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara
Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam
naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut “The
Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum
terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika
dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa
mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena
letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti
lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa
yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Dengan segala kehebatan dan misteri yang
ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur
sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya,
anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar
dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa
pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas.
Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak
terkena dampaknya sama sekali.
Borobudur adalah salah satu monumen kuno
yang terbaik yang dilestarikan dari seluruh dunia bahkan merupakan salah satu
dari tujuh keajaiban dunia. Monumen ini adalah kuil budha yang terbesar di
seluruh dunia dan telah diklaim sebagai hasil budaya manusia yang paling sering
dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan baik domestik maupun luar negeri sampai
saat ini. Gaya arsitek dari candi inipun tidak ada yang menyerupai di seluruh
dunia. Struktur yang terisnpirasi menggambarkan mikro kosmos yang seringkali
timbul menjadi suatu pertanyaan, misalnya kapan, dengan cara apa, berapa lama
dan oleh siapa cagar alam ini telah dibangun.
Jawaban yang tepat sampai saat ini masih
meninggalkan misteri karena tidak ada dokumen tertulis sampai saat ini.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan oleh peneliti, dicatat bahwa Candi
Borobudur dibangun antara abad ke delapan ketika Samaratungga – raja dari
dinasti Syailendra memerintah di Jawa Tengah. Arti dari Borobudur masih tidak
jelas. Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa
Sansekerta berarti kompleks candi atau biara. Sedangakan Budur mengingatkan
kita dengan kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas. Dengan
kata lain, Borobudur berarti Biara di atas bukit.
Borobudur penuh dengan ornamen filosofis
dimana menyimbolkan secara gamblang tentang kesatuan dari perbedaan jalur yang
dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup yang paling pokok.Relif yang terukir
di dinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata
lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis dan budaya.
Arti dan Makna Lambang Garuda Pancasila
Burung garuda berwarna kuning emas
mengepakkan sayapnya dengan gagah menoleh ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas
kelima dasar dari Pancasila. Di tengah tameng yang bermakna benteng
ketahanan filosofis, terbentang garis tebal yang bermakna garis khatulistiwa,
yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang
kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”
yang berarti “Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“.
Secara tegas bangsa Indonesia telah
memilih burung garuda sebagai lambang kebangsaannya yang besar, karena garuda
adalah burung yang penuh percaya diri, energik dan dinamis. Ia terbang
menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri, tak suka bergantung pada yang
lain. Garuda yang merupakan lambang pemberani dalam mempertahankan
wilayah, tetapi dia pun akan menghormati wilayah milik yang lain sekalipun
wilayah itu milik burung yang lebih kecil. Warna kuning emas melambangkan
bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
Burung garuda yang juga punya sifat
sangat setia pada kewajiban sesuai dengan budaya bangsa yang dihayati secara
turun temurun. Burung garuda pun pantang mundur dan pantang
menyerah. Legenda semacam ini juga diabadikan sangat indah oleh nenek
moyang bangsa Indonesia pada candi dan di berbagai prasasti sejak abad ke-15.
Keberhasilan bangsa Indonesia dalam
meraih cita-citanya menjadi negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada
tanggal 17 Agustus 1945, tertera lengkap dalam lambang garuda. 17 helai
bulu pada sayapnya yang membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari
kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus,
dan ke-45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun
kemerdekaan Indonesia. Semua itu memuat kemasan historis bangsa Indonesia
sebagai titik puncak dari segala perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan
kemerdekaannya yang panjang. Dengan demikian lambang burung garuda itu
semakin gagah mengemas lengkap empat arti visual sekaligus, yaitu makna
filosofis, geografis, sosiologis, dan historis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar